Aku bersama Angan

 Ku tak pernah tahu akan berakhir seperti apa hidup ku ini. Karena aku juga tak pernah tahu di mana aku berada saat ini, aku hanya mengikuti ajakan angin dan tuntuna lembut sang takdir. Mungkin nihil hasilnya bila ku tahu apa itu masa depan. Memang tak pernah terbayangkan oleh ku akan seperti ini jadinya. Tapi aku hanya bisa berbuat untuk mendongkrak suatu perubahan. Itupun baru rencana dan tak pernah ada ilmu pastinya seperti aljabar. Aku juga tak pernah menjalnkan hidup sesuai seperti Alfabet yang berkombinasi dari A sampai Z. Mungkin seperti itulah sedikit gambaran jalan hidup ku. Sama seperti gadis yang di perkosa, enak ga enak, asyik ga asyik, nikmat ga nikmat, kudu terima, dan endingnya tergantung individual itu sendiri. Bisa saja merespon dengan marah, dendam, putus asa, atau pasrah dengan apa yang terjadi. Dan Inilah kenyataan dari kehidupan itu, semuanya begitu rahasia. Dan takdir seperti intelijen yang selalu datang tanpa di ketahui, kapan perginya juga tidak tahu.
 Aku pernah merenungakan hal itu di bawah terik matahari yang tepat di atas kepalaku, seolah-olah sang raja bintang sedang menggodok otaku. Aku merunduk, dan tak pernah menatap dia sang bintang jagad. Jelas hal itu ada sebabnya, yaitu silau atau alergi bersin. Mungkin seperti itulah hidup ini, bagaikan aku yang tak pernah berani menatap bintang jagad itu. Kita hanya bisa menatap ke depan, kana, kiri, belakang dan bawah. Bila kita menatap ke atas, aku tak akan bilang apa yang akan terjadi.
Jujur... saat ini aku begitu haus akan sebuah proses. Dahaga itu membuat aku seperti orang gila yang tanpa arah dan tujuan. Lihat saja dari air liurku, begitu meleleh dan usang, mungkin itu akibat aku kurang energi dari sebuah proses. Dan lain kali aku akan banyak menelan proses itu sampai aku tak pernah mengeluarkanya lagi dalam bentuk apapun.
 Aku sangat bersemangat untuk merubah hidup, walaupun akau gagal, aku pasti bangkit!!! sampai mati aku korbankan hanya demi  perubahan. Tapi walaupun semangatku begitu menggebu, aku bukan orang buta yang tak pernah tau mana itu rambu rambu atau sinyal sinyal dari jalanan. Aku akan berusaha berjalan sesuai aturan. Walaupun kadang sedikit mengambil jalan pintas, asal ada alasan yang pasti. Karena aku bukan nabi, aku hanya manusia hina yang mencoba meraih derajat dari malaikat Tuhan. Sayangnya tanganku tak pernah sampai untuk memeluk sebuah gunung.
 Lalu suatu hari nanti, apakah aku pantas? apakah aku layak? atau mungkin sebaliknya untuk mendapatkan pangkat bintang satu saja di pundaku ini dari Tuhan.....
 Begitu rahasia. Begitu tertutup.
 Karena itulah aku akan selalu berjalan sesuai waktu yang selalu di bayangi mimpi di penatku.
 Aku percaya... aku akan terbang tinggi menerobos langit, menatap kuat sang bintang jagad, dan aku akan kepakan sayapku untuk orang_orang yang mebutuhkan angin... 
                                       aku percaya aku pun bisa.................. suatu hari nanti................

0 komentar:

Terkini

@anggi_sombara. Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / shoumbhara

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger